Senin, 19 Januari 2009

Penghambatan pemasakan buah-buahan

PENGHAMBATAN PEMASAKAN BUAH-BUAHAN
Oleh Mas Muhammad Hakim rifaiiii
A. TUJUAN : Mahasiswa dapat melakuakan pengahambatan
pemasakan buah-buahan dengan benar.

B. DASAR TEORI
Pemasakan buah merupakan salah satu hasil metabolisme jaringan tanaman.pada kondisi pemasakan buah merupakan hal yang diharapkan oleh petani, pedagang dan konsumen buah-buahan, karena buah tersebut akan segera dikonsumsi. Akan tetapi pada konsisi lain pemasakan buah merupakan kerugian, sehingga tidak diharapkan. Hal ini apabila buah tersebut tidak segera dikonsumsi karena masih mengalami periode transportasi yang jauh dan memakan waktu yang tidak singkat. Untuk kasus kedua ini para pengelola buah-buahan baik petani, pedagang atau industri pengelola berusaha semaksimal mungkin agar buah mengalami pemasakan pada waktu yang tepatatau sesuai dengan waktu yang diinginkan.
Berbagai usaha untuk mengendalikan buah agar tidak segera masak, yang telah dilakukan diantaranya yaitu pelilinan, pendinginan, pengendalian dengan cara CA (Controlled Atmosphere), MAP (Modified Atmosphere Package) dan lainnya. Salah satu cara lagi adalah pengendalian dengan cara penyerapan terhadap gas etilen (C2H4). Hal ini berdasarkan atas kenyataan bahwa peran etilen yang dihasilkan oleh buah itu sendiri sangat mempengaruhi terhadap kecepatan pemasakan buah. Buah-buahan yang sudah tua dan menjelang masak akan menghasilkan gas etilen yang cukup banyak, dan gas ini akan memacu terhadap pemasakan buah. Produksi etilen sendiri akan dipacu dengan adanya udara (Oksigen) dan suhu. Kundisi udara semakin banyak dan suhu semakin tinggi akan memacu adanya respirasi yang diantaranya memproduksi gas etilen.
Untuk mengendalikan pemasakan tersebut maka gas etilen harus segera dikurangi disekitar kumpulan buah. Untuk mengurangi gas etilen tersebut diantaranya dapat menggunakan zat penyerap gas. Senyawa penyerap etilen telah dicoba beberapa macam seperti karbon aktif yang diberi Brom dan Selit dengan KMnO4 kemudian berkembang menjadi KMnO4 Vermikulit. Apabila KMnO4 dimasukan kedalam kemasan pisang maka dapat menambah umur simpan pisang selama 2 minggu. Preparasi komersial zat penyerap etilen adalah “Purafil” (KMnO4 alkaslis dengan silikat) produksi Marbon Chemical Company ternyata mampu menyerap seluruh C2H4 yang dikeluarkan buah pisang yang disimpan dalam kantong polietilen tertutup rapat.
Untuk menciptakan kemasan bebas etilen, KMnO4 sebagai senyawa penyerap etilen dimasukan kedalam kemasan untuk membentuk kemasan aktif. Asam L-askorbat (vitamin C) dimasukan kedalam MAP dan berfungsi sebagai penyerap oksigen. Perlu diketahui bahwa kontak langsung dengan KMnO4 dengan produksi pertanian sangat tidak direkomendasikan. Selain itu, sifat cair kedua bahan penyerap tersebut juga dapat menyulitkan pengaplikasian dalam teknologi pengemasan aktif. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian guna mengetahui informasi jenis penyerap (batu apung, spon, silica gel, dan vermikulit) yang paling efektif untuk KMnO4 dan asam L-akorbat. Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan inforemasi mengetahui jumlah dan konsentrasi KMnO4 dan asam L-akorbat serta jenis serta jenis adsorbenya yang paling efektif untuk memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu buah. Suatu penelitian telah dilakukan penggunaan KMnO4 dan asam L-akorbat untuk mengendaliakan etilen pada buah duku.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
a. KMnO4 bersifat efektif jika diberikan sebanyak 200 mg. KMnO4 per 368,59 g duku per 2064,59 cm3 ruang kemasan, yang mampu memperpanjang masa simpan buah duku dari 3 hari (tampa kemasan) atau 5 hari (tanpa KMnO4 tetapi dalam Chamber) menjadi 8,67 hari.peningkatan pemberian KMnO4 melebihi 200 mg KMnO4 tidak mampu meningkatkan masa simpan buah duku.
b. pengubahan kombinasi konsentrasi dan volume yang menghasilkan kandungan KMnO4 yang sama (konsentrasi tinggi bervolume rendah VS konsentrasi rendah bervolume tinggi) tidak juga tidak mampu mengubah efektifitas KMnO4.
c. asam L-askorbat bersifat efektif jika diberikan sampai sebanyak 2 mg. asam L-askorbat per 430,8 g duku per 2064,59 cm3 ruang kemasan, mampu memperpajang masa simpan buah duku dari 3 hari atau 6,67 hari (tanpa asam L-askorbat tetapi dalam Chamber) menjadi 11,3 hari. Peningkatan pemberian asam L-askorbat melebihi dari 2 mgtidak mamapu meningkatkan masa simpan buah duku.
d. terdapat kecenderungan bahwa pada bobot aplikasi asam L-askorbat yang sama, konsentrasi tinggi – volume rendah mampu berpengaruh lebih baik dari pada konsenttrasi rendah volume tinggi.
e. selain itu, kehilangan bobot buah pada buah duku terbukti sangat dipengaruhi oleh kehilangan air, bukan oleh degradasi karbohidrat melalui proses respirasi.
f. batu apung dapat dijadikan pilihan utama sebagai bahan penyerap KMnO4 atau asam L-askorbat dalam usaha untuk memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu buah duku.
g. spon dan batu apung dapat dijadikan sebagai pilihan utama bahan penyerap gabungan kedua bahan tersebut (KMnO4 dan asam L-askorbat). Dalam usaha untuk mempertahankan masa simpan dan mempertahankan mutu buah duku.
Bahan kemasan lain buah tomat import adalah plastic polyethilen shrink film atau plastik mengkerut a, yang terlihat lebih bergengsi, karena harganya lebih mahal. Tetapi sesuai dengan sifat reaksi etilen tersebut, kemasan ini kurang baik bagi kesehatan karena kontak langsung kulit buah dengan bungkus lebih banyak. Di Australia biasa digunakan bungkus plastic polyethilen biasa dengan buntalan kecil didalamnya yang berisi KMnO4. Pengemasan ini llebih aman karena KMnO4 sangat efektif menyerap etilen akibatnya, harga tomat lebih mahal, karena harga KMnO4 dan pembungkusnyu sangat mahal.
Cara paling mudah, murah dan aman bagi tomat-tomat dalm negeri adalah menyimpanya dalam kotak kayu yang higroskopis sehingga dapat menyerap air dan dibagian bawahnya diberi kapur tohor untuk mengikat air, serta disimpan ditempat yang kering dan teduh sehingga penimbunan etilen dapat ditekan. Bila buah tomat yang disimpan berwarna kehijau-hijauan, penyimpanan dengan cara ini dapat menahan kesegaran buah tomat sampai 2 minggu.

C. BAHAN DAN ALAT
A. Bahan
· Buah jeruk/pisang
· KMnO4
· Asam L-askorbat
· Arang aktif / batu apung/spon
· Kapur tohor
· Plastic ukuran 5 kg
· Kotak karton ukuran kemasan nasi
· Kain kasa
B. Alat
· Nampan
· Baskom kecil
· Kain lap
· Timbangan listrik
· Timbangan
D. CARA KERJA
a. Ambilah buah jeruk – pisang sesuai yang tersedia, bersihkanlah apabila kotor menggunakan lap
b. Timbanglah buah dengan timbangan biasa.
c. Masukan buah kedalam kantong plastik yang telah dilubangi.
d. Berilah bahan penyerap etilen/oksigen/mengikat CO2 tergantung jenisnya.
e. Tutup plastik dengan cara diikat atau distaples.
f. Simpan dan amati perubahanya setiap hari seperti: perubahan warna, perubahan bobot, lama pemasakan.
g. Penggunaan KMnO4 untuk menyerap etilen 600 mg/kg buah/5 liter wadah plastic.
h. Penggunaan asam L-askorbat (vitamin C) untuk menyerap oksigen sebanyak 5 mg/kg buah/5 liter kantong plastic.
i. Penggunaan kapur tohor untuk mengikat CO2 sebanyak 10 g/kg buah/kotak karton ukuran dus nasi

E. HASIL PENGAMATAN

PENGHAMBATAN PEMASAKAN PISANG


Perlakuan KM NO4 600 Mg
Nama buah Hari Warna
Hijau Kuning Coklat
Pisang I
II
III
IV 100 %
90 %
50 %
5 % 0 %
10 %
49 %
90 % 0 %
0 %
1 %
5 %

Perlakuan KAPUR 10 gram
Nama buah Hari Warna
Hijau Kuning Coklat
Pisang I
II
III
IV 100 %
80 %
47 %
1 % 0 %
20 %
51 %
93 % 0 %
0 %
2 %
6 %

Perlakuan VITAMIN C 5 mg
Nama buah Hari Warna
Hijau Kuning Coklat
Pisang I
II
III
IV 98 %
75 %
40 %
1 % 2 %
25 %
57 %
91 % 0 %
0 %
3 %
8 %

Perlakuan KONTROL
Nama buah Hari Warna
Hijau Kuning Coklat
Pisang I
II
III
IV 96 %
65 %
8 %
1% 4 %
35 %
87 %
92 % 0 %
0 %
5 %
7 %

F. PEMBAHASAN
Pemasakan buah merupakan salah satu hasil metabolisme jaringan tanaman.pada kondisi pemasakan buah merupakan hal yang diharapkan oleh petani, pedagang dan konsumen buah-buahan, karena buah tersebut akan segera dikonsumsi.
Berbagai usaha untuk mengendalikan buah agar tidak segera masak, yang telah dilakukan diantaranya yaitu pelilinan, pendinginan, pengendalian dengan cara CA (Controlled Atmosphere), MAP (Modified Atmosphere Package) dan lainnya. Salah satu cara lagi adalah pengendalian dengan cara penyerapan terhadap gas etilen (C2H4). Hal ini berdasarkan atas kenyataan bahwa peran etilen yang dihasilkan oleh buah itu sendiri sangat mempengaruhi terhadap kecepatan pemasakan buah. Buah-buahan yang sudah tua dan menjelang masak akan menghasilkan gas etilen yang cukup banyak, dan gas ini akan memacu terhadap pemasakan buah. Produksi etilen sendiri akan dipacu dengan adanya udara (Oksigen) dan suhu. Kundisi udara semakin banyak dan suhu semakin tinggi akan memacu adanya respirasi yang diantaranya memproduksi gas etilen.
Untuk mengendalikan pemasakan tersebut maka gas etilen harus segera dikurangi disekitar kumpulan buah. Untuk mengurangi gas etilen tersebut diantaranya dapat menggunakan zat penyerap gas. Senyawa penyerap etilen telah dicoba beberapa macam seperti karbon aktif yang diberi Brom dan Selit dengan KMnO4 kemudian berkembang menjadi KMnO4 Vermikulit. Apabila KMnO4 dimasukan kedalam kemasan pisang maka dapat menambah umur simpan pisang selama 2 minggu. Preparasi komersial zat penyerap etilen adalah “Purafil” (KMnO4 alkaslis dengan silikat) produksi Marbon Chemical Company ternyata mampu menyerap seluruh C2H4 yang dikeluarkan buah pisang yang disimpan dalam kantong polietilen tertutup rapat.
Untuk menciptakan kemasan bebas etilen, KMnO4 sebagai senyawa penyerap etilen dimasukan kedalam kemasan untuk membentuk kemasan aktif. Asam L-askorbat (vitamin C) dimasukan kedalam MAP dan berfungsi sebagai penyerap oksigen. Perlu diketahui bahwa kontak langsung dengan KMnO4 dengan produksi pertanian sangat tidak direkomendasikan. Selain itu, sifat cair kedua bahan penyerap tersebut juga dapat menyulitkan pengaplikasian dalam teknologi pengemasan aktif. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian guna mengetahui informasi jenis penyerap (batu apung, spon, silica gel, dan vermikulit) yang paling efektif untuk KMnO4 dan asam L-akorbat. Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan informasi mengetahui jumlah dan konsentrasi KMnO4 dan asam L-akorbat serta jenis adsorbenya yang paling efektif untuk memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu buah. Suatu penelitian telah dilakukan penggunaan KMnO4 dan asam L-akorbat untuk mengendaliakan etilen pada buah pisang.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
a. KMnO4 bersifat efektif jika diberikan sebanyak 500 mg. KMnO4 per 183,33 g pisang per plastik ukuran 1 kg, mampu memperpanjang masa simpan buah pisang sampai 3 hari dibandingkan tanpa KMnO4 tetapi dalam kemasan plastik.
b. Pemberian kapur dengan ukuran 10 gram terbukti efektif jika diberikan dalam penyimpanan pisang 183,33 gram per ukuran plastik 1 kg dibandingkan yang tidak diberikan kapur dalam penyimpanannya. Pemberian kapur ini dapat menghambat pemasakan buah sampai dua hari.
c. Vitamin C sebanyak 5 mg terbukti lebih efektif jika diberikan dalam penyimpanan pisang 183,33 gram per ukuran plastik 1 kg, disbanding dengan yang tidak diberikan vitamin C pada bobot pisang yang sama dan ukuran penyimpanan yang sama.

G. KESIMPULAN
1. KMnO4 bersifat efektif jika diberikan sebanyak 500 mg. KMnO4 per 183,33 g pisang per plastik ukuran 1 kg, mampu memperpanjang masa simpan buah pisang sampai 3 hari dibandingkan tanpa KMnO4 tetapi dalam kemasan plastic.
2. Pemberian kapur dengan ukuran 10 gram terbukti efektif jika diberikan dalam penyimpanan pisang 183,33 gram per ukuran plastic 1 kg dibandingkan yang tidak diberikan kapur dalam penyimpanannya. Pemberian kapur ini dapat menghambat pemasakan buah sampai dua hari.
3. Vitamin C sebanyak 5 mg terbukti lebih efektif jika diberikan dalam penyimpanan pisang 183,33 gram per ukuran plastic 1 kg, disbanding dengan yang tidak diberikan vitamin C pada bobot pisang yang sama dan ukuran penyimpanan yang sama.
H. DAFTAR PUSTAKA

Arifin. M, 2008. Petunjuk Praktikum Teknologi Produksi Penanganan Hasil Pertanian. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta

Pantastico, ER.B. 1989. Fisologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Penerbit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Sri Handajani, Nopember 1994. Pasca Panen Hasil Pertanian. Penerbit Sebelas Maret University Press. Surakarta




















ACARA II
MEMPERCEPAT PEMASAKAN BUAH-BUAHAN


A. TUJUAN : Mahasiswa dapat mengetahui dan melakuakan kegiatan mempercepat pemasakan buah-buahan dengan benar.

B. Dasar Teori
Degreening yaitu proses perombakan warna hijau pada kulit jeruk diikuti dengan proses pembentukan warna kuning jingga. Buah impor misalnya pisang sudah lama membanjiri pasar di kota besar seperti Jakarta. Warna kulitnya kuning hingga menarik, memberi kesan bahwa pisang tersebut telah benar-benar matang. Harganya cukup bersaing, konsumennya kalangan menengah ke atas. Berlainan dengan pisang kita (lokal), penampilannya kurang menarik karena kulit masih hijau atau hijau kekuningan yang tidak merata, memberi kesan bahwa pisang tersebut belum matang, padahal nilai gizinya tidak berbeda jauh dari pisang impor.
Dimana keunggulan pisang tersebut ialah dapat menaikkan pendapatan petani produsen jeruk, karena dilakukan upaya penguningan kulit buah pisang dengan menggunakan alat yang sederhana, bahan murah dan mudah didapat, serta mudah dalam pelaksanaannya. Adapun alat dan bahan yang biasa digunakan dalam penguningan ialah sebagai berikut :
1. buah pisang yang sudah cukup tua
2. larutan benlate 500 ppm
3. Alat degreening kapasitas 100 kg
4. gas karbit (asetilen) yang dilengkapi dengan regulator dan flowmeter
5. Stop Watch
Selain itu dalam penguningan terdapat pedoman teknis agar dalam penguningan mendapatkan tingkat keberhasilan yang yang diinginkan, diantaranya :

1. Petiklah pisang manis pada pukul 9.00 pagi
2. Cuci bersih dengan air mengalir, lalu ditiriskan
3. Rendam dalam larutan benlate 500 ppm selama 30 - 60 detik
4. Susunlah dalam rak degreening dalam keadaan basah
5. Tutuplah cungkup plastik degreening dan periksa agar semua ujung plastik sungkup tercelup air
6. Alirkan gas asetilen melalui selang karet kedalam rak sebanyak 1-2 liter setiap m3 ruangan kosong
7. Biarkan proses berjalan antara 14-22 jam Setelah waktu pemeraman tercapai, sungkup dibuka dan dibiarkan terbuka selama 30 menit
8. Tutup kembali sungkup plastik tersebut lalu alirkan lagi gas karbit (asetilen) seperti di atas
9. Ulangi terus pengaliran gas karbit (asetilen) ini sampai warna kulit jeruk kuning jingga merata.

C. Alat dan Bahan
1. Alat

a. Pisau
b. Nampan
c. Panci d. Plastik
e. Tali
f. Rak penyimpanan
2. Bahan
a. Etrel
b. KNHO4
c. Pisang

D. Langkah Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Pilihlah buah pisang manis yang sudah cukup tua
3. Bersihkan buah pisang sampai bersih
4. Celumkan pisang kedalam larutan sesuai dengan perlakukan
5. Angkat pisang kemudian tiriskan
6. Masukkan/bungkus buah pisang tersebut kedalam plastik
7. Kemudian ikat/dipress dengan rapat
8. Simpan dalam pada rak
9. Amati perlakuan tersebut

E. Hasil Pengamatan
Dalam kegiatan praktikum tersebut dilakukan beberapa perlakukan diantaranya dengan penggunaan bahan Etrel 750ppm, KMNO4 dan perlakuan control dengan beberapa pengamatan yang meliputi berat, tekstur, dan warna baik sesudah maupun sebelum dilakukan proses penguningan tersebut. Adapun hasil pengamatan tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Hasil Pengamatan

Nama Buah Klas
Control Karbit Ethilin
Jeruk 1 x 1 g/kg --- 2 pd
2 g/kg --- 2 pd
3 g/kg --- 2 pd 1000 PPM --- 2
5000 PPM --- 2
10.000 PPM --- 2

Control Karbit Ethilin
Nama Buah Berat
(gram) Berat
(gram) Berat sebelum direndam Sudah direndam
Pisang 200 190
190
170 190
200
200 193
202
204
Jeruk 160 170
180
140 190
140
170 195
145
173

Perlakuan KONTROL
Nama buah Hari Warna
Hijau Hijau Hijau
Pisang I
II
III 100 %
90 %
70 % 100 %
85 %
75 % 100 %
90 %
70 %
Jeruk I
II
III 100 %
100 %
100 % 100 %
100 %
100 % 100 %
100 %
100 %







Perlakuan KARBIT
Nama buah Hari Warna
Hijau Hijau Hijau
Pisang I
II
III 100 %
80 %
65 % 100 %
75 %
55 % 100 %
70 %
60 %
Jeruk I
II
III 100 %
95 %
85 % 100 %
95 %
90 % 100 %
98 %
95 %

Perlakuan ETHILIN
Nama buah Hari Warna
Hijau Hijau Hijau
Pisang I
II
III 100 %
85 %
55 % 100 %
80 %
55 % 100 %
80 %
50 %
Jeruk I
II
III 100 %
85 %
60 % 100 %
90 %
65 % 100 %
95 %
80 %

Nama buah Perlakuan Berat buah sebelum 3 hari Berat buah setelah 3 hari
Pisang Ethilin 193
202
204 189
198
200
Karbit 190
190
170 187
186
167
Jeruk Ethilin 195
145
173 191
142
168
Karbit 170
180
140 166
177
137













F. PEMBAHASAN
Penguningan merupakan salah satu upaya dalam memberikan suatu kesan yang menarik pada buah bahwa pisang tersebut benar-benar matang, sehingga mampu bersaing dengan buah lain dan memberikan nilai ekonomis yang tinggi.
Setelah memberikan Perlakuan penguniangan pada buah pisang dan jeruk dengan menggunakan karbit dari beberapa sampel menunjukan dapat menurunkan bobot berat pisang sekitar 1-5 gram, disebabkan kandungan air dalam buah pisang dan buah jeruk menjadi rendah akibat dari proses penguapan. Disamping itu tekstur buah pisang setelah proses penguningan pada buah pisang 40 % sedangkan pada buah jeruk 10 %, setelah 3 hari dibandingkan dengan tanpa pemberian karbit ( control ). Demikian juga keadaan buah menjadi lunak setelah sebelumnya ( pada hari I ) buah pisang dan jeruk tersebut keras.
Pemberian perlakuan penguningan pada buah pisang dan jeruk dengan menggunakan ethilin dari beberapa sample juga menunjukan pengurangan berat pada kedua buah tersebut, yaitu antara 1 – 5 gram. Hal itu juga disebabkan kadar air dari kedua buah tersebut turun yang di akibatkan oleh penguapan. Perubahan warna buah juga terjadi terutama warna kuning 53,33 % pada buah pisang dan 68,33 pada buah jeruk, perubahan warna dan berat setelah 3 hari. Disamping itu juga terjadi perubahan tekstur buah, yaitu buah menjadi lebih lembek.
Tingkat keberhasilan proses peguningan dapat dilihat pada warna buah yang dihasilkan. Penggunaan ethilin dan karbit dapat memberikan hasil yang maksimal dalam proses penguningan ini, dimana buah pisang tersebut memberikan hasil yang baik karena warna yang dihasilkan 90 % menjadi kuning di bandingkan dengan yang menggunakan karbit.
Sehingga pisang yang dihasilkan memberi suatu kesan yang lebih menarik dengan warna kuning penuh dan tekstur buah lunak, hal ini memudahkan dalam mengkonsumsi buah tersebut.




G. Kesimpulan
Adapun dalam proses penguningan pada buah pisang ini dengan menggunakan ethilin dan karbit menunjukan kesimpulan bahwa :
1. Proses penguningan pada buah pisang lebih cepat
2. Warna buah dan tekstur buah pisang yang dihasilkan lebih baik
3. Perlakuan kontrol pada proses menguningan tidak memberikan hasil yang optimal
4. Dengan penguningan ini dapat memberikan suatu kesan yang menarik karena meenunjukan buah tersebut telah benar-benar matang sehingga mampu memberikan nilai ekonomis yang tinggi.

H. Daftar Pustaka


Pantastico, ER.B. 1989. Fisologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Penerbit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Sri Handajani, Nopember 1994. Pasca Panen Hasil Pertanian. Penerbit Sebelas Maret University Press. Surakarta

http//www.google.co//”degrening buah jeruk”

Pendinginan Buahhh

PENDINGINAN


A. Tujuan

Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengaruh pendinginan terhadap mutu / kualitas buah.


B. Dasar Teori

Hasil pertanian yang berupa buah – buahan dan sayuran pada umumnya mudah mengalami kerusakan ( perisable ). Setelah hasil pertanian dipanen. Maka akan terjadi perubahan – perubahan sifat fisik, khemis, dan organoleptik. Apabila perubahan tersebut telah mencapai pada suatu tingkat yang tidak dapat ditolerir oleh konsumen, maka dapat dikatakan bahwa hasil pertanian mengalami kerusakan. Perubahan buah dari hijau menjadi kuning dan dari tidak manis menjadi manis setelah dipanen bukanlah merupakan kerusakan, karena memang hal tersebut diinginkan oleh konsumen, tetapi apabila terjadi perubahan lebih lanjut, misalnya menjadi asam, keriput dan berwarana coklat yang tidak diinginkan oleh konsumen, maka buah tersebut dikatakan rusak. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa hasil pertanian dapat dikatakan rusak apabila telah menunjukan adanya suatu penyimpangan dari sifat – sifat yang seharusnya dipunyai seperti rasa, bau, tekstur, dan sebagainya.

Tipe – tipe kerusakan yaitu kerusakan fisiologis, mekanis, mikrobiologis fisis, khemis, bilogis, dan proses. Diantara jenis kerusakan tersebut yaitu kerusakan fisiologis dan mikrobiologis dapat dihambat salah satunya dengan cara pendinginan. Untuk praktek kali ini akan dilakukan percobaan untuk membandingkan akibat dari penyimpanan buah pada suhu dingin dengan penyimpanan pada suhu kamar.



C. ALAT DAN BAHAN

1. Plastik

2. wadah plastik

3. Gunting / pisau

4. Lemari pendingin

5. Tomat

6. Salak

D. LANGKAH KERJA

1. Buah tomat dan salak, dibersihkan dengan air tiriskan sampai air tidak ada.

2. Buah dibedakan untuk 2 perlakuan untuk buah salak di kupas dan buah tomat dibiarkan dengan kulitnya

3. Perlakuan satu, buah dituangkan dalam wadah plastik dibiarkan

diruangan terbuka. ( suhu kamar )

4. Perlakuan dua, buah dituangkan dalam wadah dan dibungkus dengan plastik disimpan dilemari pendingin

5. Buah yang akan diperlakukan ditimbang terlebih dulu

6. Satu minggu kemudian lakukan pengamatan dan catat berat buah dan tingkat kemasakan buah ( Warna )

7. Lakukan analisa percobaan.

E. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1 : Data perubahan berat dan tingkat kemasakan ( warna )




Perlakuan

Tidak dibungkus plastik

Dibungkus plastik

Tidak dikupas

Dikupas

Tidak dikupas

Dikupas

Besar penurunan berat

Besar penambahan kemasakan buah (warna)

Besar penurunan berat

Besar penambahan kemasakan buah (warna)

Besar penurunan berat

Besar penambahan kemasakan buah (warna)

Besar penurunan berat

Besar penambahan kemasakan buah (warna)

Tomat

Suhu Kamar


14,42


+++




20,1


++++



Suhu Dingin

8,42

+



2,75

-



Salak

Suhu Kamar




7,10


++




5,76


-

Suhu Dingin



6,25

-



3,35

-

F. Pembahasan

Dari data tersebut di atas nampak jelas bahwa :

1. Penyimpanan pada suhu dingin sangat membantu memperkecil besar penurunan berat dan tingkat kemasakan buah (warna) baik pada buah tomat maupun buah salak, sehingga penyusutan dan kerusakan buah dapat dicegah. Hal ini disebabkan karena pengaruh suhu dingin yang dapat :

a. Mengurangi transpirasi

b. Mengurangi respirasi dan metabolisme

c. Menghambat pertumbuhan mikroorganisme

Dengan demikian umur simpan buah pada suhu dingin akan semakin panjang atau lama.

Temperatur sangat mempengaruhi kecepatan reaksi yang dikatalisator oleh enzim. Dengan kenaikan suhu sekitar 10 °C pada buah akan mempercepat laju respirasi menjadi dua kali, sedangkan apabila terjadi penurunan suhu akan memperlambat timbulnya peningkatan klimaterik dan menurunkan tingginya puncak klimaterik. Temperatur juga akan mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme dan kebanyakan bakteri perusak tumbuh baik pada suhu 25 – 30 °C.

2. Penyimpanan buah dengan dibungkus plastic dapat menahan tingkat kehilangan berat buah jauh lebih besar dari pada tanpa dibungkus, demikian juga tingkat kemasakan buah (warna) dapat lebih dipertahankan baik pada suhu dingin maupun suhu kamar. Hal ini disebabkan karena adanya plastic tersebut akan menjaga / menahan kelembaban dan menghambat penetrasi panas dengan demikian traspirasi yang berlebihan dapat dicegah sehingga kehilangan berat maupun tekstur yang baikpun dapat diminalisir, dengan demikian maka mutu buah dapat dipertahankan.


G. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dengan pendinginan maka dapat menghambat traspirasi, respirasi dan metabolisme, pengaruh etilen serta mikroorganisme, sehingga kehilangan berat dan kerusakan buah dapat ditekan. Hal ini akan lebih baik lagi jika diikuti dengan pembungkusan plastic dan tanpa pengupasan kulis buah sehingga mutu buah dapat dipertahankan dan daya simpan buah akan menjadi lebih lama

Pendinginan dapat memperlambat kecepatan reaksi-reaksi metabolisme Pendinginan digunakan sebagai salah satu upaya pengawetan bahan pangan, karena dengan pendinginan tidak hanya citarasa yang dapat dipertahankan, tetapi juga kerusakan-kerusakan kimia dan mikrobiologis dapat dihambat.

Kerusakan bahan pangan pada umumnya disebabkan oleh adanya proses kimiawi dan biokimiawi, termasuk juga kerusakan yang dikerjakan oleh mikroorganisme. Kecepatan reaksi dalam proses kerusakan tadi dipengaruhi oleh suhu.

Proses metabolisme pasca panen yang umumnya berupa proses respirasi, kecepatannya ditunjukkan dengan jumlah karbondioksida yang dikeluarkan, dengan demikian bahwa kenaikan suhu menyebabkan kenaikan kecepatan respirasi

















DAFTAR PUSTAKA


Pantastico, ER.B. 1989. Fisologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Penerbit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Sri Handajani, Nopember 1994. Pasca Panen Hasil Pertanian. Penerbit Sebelas Maret University Press. Surakarta

Oleh : mas Hakimmmm

Proposal penelitian

I. PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya mengandalkan sektor pertanian, namun rata-rata kepemilikan penduduk atas lahan pertanian kurang dari 0,3 hektar, terutama di pulau Jawa. Dari kondisi kepemilikan lahan yang sempit ditambah dengan sistem pertanian yang masih mengandalkan input produksi tinggi menyebabkan petani berada dalam lingkaran kemiskinan yang tiada putus-putusnya. Petani dengan pendapatan rendah tidak akan mampu menabung, meningkatkan pendidikan dan keterampilan, apalagi meningkatkan investasinya guna meningkatkan produksi.
Dalam keterbatasan yang dilematis tersebut diperlukan jalan keluar yang bijaksana dengan membangun paradigma baru, yaitu sistem pertanian yang berwawasan ekologis, ekonomis dan berkesinambungan, ini sering juga disebut sustainable mix farming atau mix farming. (Cahyan, http://www.dispertanak.pandeglang.go.id/artikel_2008.htm).
Pembangunan pertanian pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia/petani agar mampu memanfaatkan sumber daya lingkungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki menuju pertanian yang tangguh, berpola agribisnis dan berwawasan lingkungan.
Semakin bergemanya kata “agribisnis” ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Pada hal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari konsep semula yang dimaksud.
Konsep agribisnis sebenarnya adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, pengolahan hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian.
Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubunganya dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan pertanian dalam artian luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Arsyad, (2003)
Salah satu paradigma baru pembangunan pertanian dengan pendekatan sistem agribisnis. Sistem agribisnis terdiri atas subsistem usaha produksi primer di usahatani (on-farm), subsistem off-farm hulu (up stream, berhubungan dengan input), subsisten off-farm hilir (down stream, berhubungan dengan produk) dan subsistem penunjang/pelayanan seperti lembaga keuangan, penelitian (penyedia teknologi baru) dan penyuluhan.
Sistem agribisnis merupakan totalitas atau kesatuan kinerja agribisnis yang terdiri dari subsistem agribisnis hulu yang berupa kegiatan ekonomi input produksi, informasi dan teknologi. Subsistem usaha tani yaitu kegiatan produksi pertanian primer tanaman dan hewan, subsistem agribisnis pengolahan, subsistem pemasaran dan subsistem penunjang, yaitu dukungan sarana dan prasarana serta dukungan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan agribisnis. Saragih (2001)
Berdasarkan hasil kegiatan pra survei, ditetapkan wilayah kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, sebagai lokasi kegiatan lapangan I. Data yang diperlukan dalam identifikasi wilayah, tersedia dan adanya respon dari masyarakat yang baik sebagai pelaku usaha untuk membantu proses kelancaran kegiatan identifikasi agroekosistem.
Agroekosistem merupakan komoditas tumbuhan dan hewan serta lingkungan kimia dan fisiknya yang telah dimodifikasi oleh manusia untuk menghasilkan serat, bahan bakar dan produk lainnya bagi konsumsi dan pengolahan umat manusia. Coen dkk, (1999)
Identifikasi dan analisis wilayah adalah proses pengumpulan dan analisis data sekunder, serta penggalian dan analisis data lapangan (primer). Data tersebut akan menghasilkan informasi dan gambaran keadaan wilayah secara menyeluruh baik agroklimat (fisik), sosial dan ekonomi serta masalah yang dihadapi. Hanani, (2003)
Berdasarkan pada sistem dan pemikiran ekologis, analisis agroekosistem telah mengkombinasikan analisis sistem kepemilikan (produktivitas, stabilitas, keberlanjutan dan keadilan) dengan analisis pola keruangan (peta dan transek), waktu (kalender musiman dan kecenderungan jangka panjang), aliran dan hubungan (arus, kausal, diagram venn, dan diagram yang lain), nilai-nilai relatif (diagram batang dan sumber-sumber pendapatan relatif dan sebagainya, dan keputusan (bagan keputusan serta diagram keputusan yang lain). Chambers (1996)
Analisis agroekosistem adalah suatu metode pengambilan keputusan dalam menetapkan pola usaha tani disuatu wilayah tertentu dengan memperhatikan aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Padmowihardjo, (2001)
Hal-hal yang diperlukan untuk pengabilan keputusan tersebut adalah peta transek, peta sketsa, diagram sejarah, diagram iklim, diagram pola tanam, diagram alur, study kasus sosial budaya, diagram vent, study kasus keluarga tentang lahan usaha tani, pendapatan dan ternak, pola pengambilan keputusan dan komoditas yang ada.
Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan kemampuan mengidentifikasi wilayah atau menganalisis agroekosistem dengan memperhitungkan aspek-aspek teknis, ekonomi dan sosial, sehingga pengembangan wilayah agroekosistem dapat dilaksanakan secara produktif, efisien dan lestari. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka menyusun karya ilmiah di Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah.









A. Tujuan
Kegiatan lapangan I bertujuan untuk mendapatkan data agroekosistem yang mencakup data teknis, ekonomi, dan sosial serta permasalahan yang akan dikaji sehubungan dengan rencana pengembangan sistem usaha agribisnis. Data-data tersebut meliputi :
1. Keadaan wilayah agroklimat dapat diperoleh data :
a. Iklim dan tanah
b. Letak dan kondisi geografi
c. Sejarah
d. Kawasan
e. Jenis lahan dan penggunaannya
f. Pola tanam dan Kalender Musim

2. Gambaran wilayah sosial ekonomi dapat diperoleh dari data :
a. Sumberdaya manusia, meliputi data ; jumlah dan komposisinya (L/P), anggota keluarga rata-rata, mata pencaharian, pendidikan, kemampuan petani atas dasar kepemilikan lahan, aktivitas petani dan peranan gender dalam keluarga serta usaha dan profil keluarga.
b. Analisis usaha dan keputusan rumah tangga, meliputi data; keputusan rumah tangga, nilai usaha, pendapatan dan penggunaan komoditas.
c. Kelembagaan pertanian, meliputi data; kelompok tani dan kelompok usaha serta perannya, lembaga ekonomi dan perannya, termasuk didalamnya tengkulak, pedagang, pengumpul, bank, pelaku usaha, dan KUD.
d. Data sistem usaha agribisnis, meliputi data ; sistem pertanian (jenis usahatani komoditas unggulan, trend produksi komoditas unggulan 5 tahun terakhir, pola tanam dan musim tanam), sistem pemasaran (saluran dan pelaku usaha), sistem usaha agribisnis (lima subsistem).



B. Manfaat
Kegiatan identifikasi wilayah akan menghasilkan data agroekosistem yang meliputi data teknis, sosial dan ekonomi yang berguna :
1. Untuk mengidentifikasi permasalahan di lapangan, baik berupa permasalahan teknis, ekonomi dan sosial.
2. Sebagai bahan pedoman/pertimbangan dalam menentukan problem fokus, prespektif sistem dan analisis potensial untuk melakukan kegiatan lapangan II.
3. Menemukan dasar dalam menyusun konstruksi system pengembangan wilayah dan mengkaji informasi potensi wilayah pendukung pemberdayaan Sumber Daya Manusia.
4. Sebagai dasar dalam menyusun kerangka perencanaan pemasyarakatan dan pemberdayaannya.


















II. METODE KEGIATAN

A. Waktu dan Lokasi
1. Waktu pelaksanaan mulai tanggal 8 Desember 2008 s/d 15 Desember 2008.
2. Lokasi kegiatan di Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah.
Untuk lebih jelasnya mengenai waktu pelaksanaan kegiatan, dapat dilihat pada jadwal kegiatan, pada lampiran (1).

B. Jenis Data
Data yang akan digali dalam identifikasi wilayah ini adalah :
1. Data teknis, yaitu data keadaan wilayah pertanian baik berupa data sekunder maupun data primer yang meliputi :
a. Data agroklimat
1) Iklim dan tanah. (data kualitatif dan kuantitatif)
2) Letak geografis. (data kualitatif)
3) Kondisi geografis (data kualitatif dan kuantitatif)
4) Profil sejarah desa (data kualitatif)
b. Data sumberdaya lahan dan penggunaannya (seluruh kawasan)
1) Transek (data kualitatif)
2) Jenis lahan dan penggunaannya (data kualitatif)
3) Pola tanam dan kalender musim.(data kualitatif)

c. Data teknologi dan produksi
1) Komoditas . (data kualitatif)
2) Teknologi. (data kualitatif)
3) Produksi. (data kuantitatif)
4) Luas usaha . (data kuantitatif)
d. Data komoditas
1) Jenis komoditas. (data kualitatif)
e. Data program pembangunan wilayah, yaitu data tentang program pembangunan baik yang sudah dilaksanakan maupun yang akan dilaksanakan, berupa data sekunder dan data primer meliputi :
1) Kebijaksanaan pembangunana pertanian. (data sekunder)
2) Program / proyek pendukung tujuan pembangunan pertanian. (data sekunder)
3) Hasil-hasil pembangunan dan program proyek. (data sekunder)
2. Data sosial ekonomi, yaitu data keadaan wilayah pertanian, baik berupa data sekunder maupun data primer yang menyangkut sosial dan ekonomi, yaitu :
a. Data sumberdaya manusia.
1) Profil keluarga. (kuantitatif)
2) Jumlah penduduk dan komposisinya (L/P). (data kualitatif dan kuantitatif)
3) Mata pencaharian. (data kualitatif dan kuantitatif)
4) Pendidikan.( data kuantitatif)
5) Jumlah petani atas dasar kepemilikan lahan.(data kuantitatif)
6) Aktivitas petani dan peran gender dalam keluarga dan usaha. (data kuantitatif)
b. Analisis usaha tani dan keputusan rumah tangga meliputi :
1) Biaya usaha. (data kualitatif dan kuantitatif)
2) Nilai usaha. (data kualitatif dan kuantitatif)
3) Pendapatan. (data kuantitatif)
c. Kelembagaan petani meliputi :
1) Kelompok tani dan kelompok usaha serta peranannya.(data kualitatif dan kuantitatif)
2) Kelembagaan ekonomi dan peranannya.(data kualitatif dan kuantitatif)
3. Data sistem usaha agribisnis meliputi data :
a. Sistem pertanian meliputi :jenis usahatani komoditas unggulan, trend produksi komoditas unggulan 5 tahun terakhir, pola tanam dan musim tanam. (data kualitatif dan kuantitatif)
b. Sistem usaha agribisnis meliputi :
1) Sub-sistem penyediaan sarana produksi. (data sekunder dan primer)
­ Benih/bibit
­ Pupuk
­ Obat-obatan
2) Sub-sistem budidaya .(data sekunder dan primer)
­ Teknologi budidaya
­ Peralatan
3) Sub-sistem pengolahan hasil. (data sekunder dan primer)
­ Teknologi pasca panen
­ Peralatan pasca panen
4) Sub-sistem pemasaran (data primer)
­ Jaringan pemasaran
­ Pelaku pemasaran
5) Sub-sistem penunjang.(data sekunder dan primer)
­ Lembaga-lembaga penunjang kegiatan usaha agribisnis
c. Permasalahan dalam usaha agribisnis (data primer)

C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam identifikasi wilayah ini adalah :
1. Mengkaji data sekunder.
2. Wawancara semi terstruktur terhadap tokoh kunci dan responden.
3. Pengamatan langsung
4. Analisa peta dan lain-lain

D. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam identifikasi wilayah adalah :
1. Penggunaan tokoh kunci, terdiri dari tokoh masyarakat, petugas, aparat desa dan lain-lain
2. Penggunaan petani dan pelaku usaha sebagai responden
3. Penggunaan data sekunder berupa; data desa, hasil pertanian, dan lain-lain
4. Instrumen – instrumen :
Jenis data dan instrument yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Jenis Data Dan Instrument Yang Digunakan

No Jenis data Instrumen
A. Subsistem sarana dan prasarana
Jumlah penduduk dan distribusinya
Aktivitas sumberdaya manusia
Proses pengambilan keputusan
Peran pria dan wanita dalam sistem agribisnis
Kalender musim
Kegiatan harian petani
Daftar tabulasi
Kuisener/angket
Kuisener/angket
Kuisener/angket
Daftar tabulasi
Kuisener/angket
B. Subsistem usaha tani
1. Tabel curah hujan
2. Peta agroekosistem
3. Peta wilayah/desa
4. Peta transek
5. Sistem pengelolaan penggunaan lahan dan penerapan teknologi
Daftar tabulasi
Dokumen
Dokumen
Bagan transek
Daftar tabulasi
C. Subsistem pengolahan hasil
Diagram alir pengolahan hasil
Kuesioner
D. Subsistem pemasaran
1. Lembaga ekonomi yang ada
2. Alur/jaringan pemasaran
3. Analisis usahatani dari berbagai komoditi yang ada
Daftar tabulasi
Kuesioner
Kuesioner
E. Subsistem jasa penunjang
1. Keberadaan kelembagaan pemerintah, perbankan, penyuluhan dan penelitian.
2. Diagram venn, hubungan kelembagaan sosial ekonomi
Daftar tabulasi dan kuesioner
Daftar tabulasi dan kuesioner

E. Sumber Data
Macam dan sumber data yang digunakan dalam identifikasi wilayah dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Macam, Jenis dan Sumber Data

No Macam Data Jenis Data Sumber Data
1 Data teknis:
a. Data agroklimat Sekunder Desa, BPP, BPTP
b. Data sumberdaya lahan dan penggunaannya. Sekunder Kecamatan, Desa, BPP
c. Data teknologi produksi Sekunder dan primer Kecamatan, Desa, BPP, Petani
d. Data komoditas Sekunder dan primer Kecamatan, Desa, BPP, Petani
e. Data program pembangunan wilayah. Sekunder Kecamatan, Desa, BPP
2. Data sosial ekonomi
a. Data sumber daya manusia Sekunder Kecamatan, Desa
b. Kelembagaan petani Sekunder Kecamatan, Desa
c. Analisis usaha dan keputusan rumah tangga Primer Petani
d. Sistem pertanian Sekunder dan Primer Kecamatan, Desa, Petani
e. Sistem pemasaran Primer Petani
f. Sistem usaha agribisnis Primer Petani
4 Data profil keluarga Primer Petani





A. Rancangan Tampilan Data
Rancangan data dan penampilan dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Rancangan Penampilan Data

Macam data Sumber data M e t o d e T e k n i k Olah data Output / Tampilan
Data agro ekosistem : Sekunder dan lapangan - Peninjauan data sekunder
- Wawancara semi struktural Check kros dengan bantuan pertanyaan dan peta Tabulasi dan Uraian, Diagram, Matriks, Tabel, dll.
Teknologi : Primer - Studi peta
- awancara semi struktural Peta usaha Tabulasi Tabel Penerapan teknologi on dan of farm dan gambar
Sosial Ekonomi : :
- Jumlah dan komposisi anggota Primer -W awancara petani Individual Check list Tabulasi dan Uraian Tabel komposisi (L/P)
- Aktivitas dan peran gender Primer - Wawancara petani Individual Check list Matriks dan uraian Tabel, matrik peran gender
- Mata pencaharian dan pendidikan Sekunder - Peninjauan data sekunder Check cros dengan bantuan pertanyaan check list Tabulasi dan Uraian Tabel mata pencaharian dan pendidikan
- Analisa usaha dan keputusan rumah tangga Primer - Wawancara petani Individual check list Tabulasi dan Uraian Tabel Output, Input, B/C ratio, NPV, IRR, Diagram
- Kelembagaan pertanian Sekunder - Peninjauan data sekunder Check cros dengan bantuan pertanyaan individual check list Uraian Tabel diagram Venn
- Sistem usaha agribisnis Primer - Wawancara petani Individual check list Diagram dan uraian Diagram alir
- Profil keluarga Primer - Wawancara petani Check cros dengan bantuan pertanyaan Tabulasi dan Uraian Tabel petani khusus dengan campuran

DAFTAR PUSTAKA

Hanani, AR, Nutfil, 2003. Strategi Pembangunan Pertanian. Lappera pustaka Utama, Yogyakarta

Padmowihardjo, S, 2000. Materi Pokok Masalah Khusus . Universitas Terbuka, Jakarta.


Reijntjes Coen, Bertus Haverkart dan Waters-Bayer. 1999. Pertanian Masa Depan, Pengantar Untuk Pertanian Berkelanjutan Dengan Input Luar Rendah. Kanisius. Yogyakarta

Saragih. B. 2001. Suara Dari Bogor Membangun Sistem Agribisnis. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor. p. 66

Sofyadi C. 2008.
















Lampiran 1.

Rencana kegiatan pelaksanaan identifikasi wilayah I dan rancangan pengolahan data dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel. Jadwal Kegiatan Lapangan

No Kegiatan Waktu pelaksanaan Pelaksana
1 Pra survey dan penentuan lokasi KIPA
1-14 November 2008 Mahasiswa

2 Pertemuan dosen pembimbing KIPA dengan TIM KIPA Jumat, 16 November 2008 Tim KIPA
Dosen Pembimbing
3 Penetapan lokasi 14-29 November 2008 Mahasiswa Pembimbing
4 Pembekalan umum Sabtu,29 November 2008 Tim KIPA
5 Sosialisasi penyelengaraan KIPA kepada dosen pembimbing Jumat, 5 Desember 2008 Tim KIPA
6 pembekalan materi dan penyusunan proposal I dan II Sabtu, 6 Desember 2008 Tim KIPA
7 Pemantapan Lokasi KIPA dan Penyusunan Proposal I Dan Legalitas Oleh Pembimbing KIPA Senin, 8 Desember 2008-
Sabtu, 15 Desember 2008 Mahasiswa
Pembimbing
8 Survey lapangan dalam rangka kajian proposal I Selasa 16 Desember 2008-Sabtu 27 Desember 2008 Mahasiswa
9 Penyusunan hasil lapangan I, pemantapan masalah dan rancangan kajian Sabtu 27 Desember 2008-
Sabtu 31 Januari 2009 Mahasiswa
10 Ceking lokasi (wajib) dan perbaikan hasil lapangan I dan rancangan kajian Selasa 27 Januari 2009-
Selasa, 3 Februari 2009 Tim KIPA
Sumber : Kalender Akademik STPP Yogyakarta 2008/2009














Lampiran 2. Kuisioner
DAFTAR PERTANYAAN (KUISIONER)
Data Identitas Responden

1. Nomor sampel : ..........
2. Nama responden : ..........
3. Jenis kelamin : L / P
4. Umur : ..........tahun
5. Pendidikan : SD / SLTP / SLTA / Sarjana
6. Alamat : Dusun.......... RT: RW:
Kelurahan..........
7. Nama kelompok tani : ..........
8. Status dalam kelompok : Pengurus / Anggota
9. Jumlah anggota keluarga : .......... orang
a. Laki-laki : .......... orang
b. Perempuan : .......... orang
10. Luas garapan :
a. Sawah : 1) Milik : .................... m2
2) Sewa : .................... m2
3) Bagi hasil : .................... m2

b. Tegalan : 1) Milik : .................... m2
2) Sewa : .................... m2
3) Bagi hasil : .................... m2
c. Pekarangan : ............. m2

11. Tanaman yang diusahakan Bulan penanaman Jumlah/ Luas
a. Tanaman …………….. : …………………. …………..
b. Tanaman …………….. : …………………. …………..
c. Tanaman …………….. : …………………. …………..
d. Tanaman ……………... : …………………. …………..

I. Data Teknis
1. Data Agroklimat:
1. Wilayah Kecamatan Loano berbatasan dengan Kecamatan apa?
2. Berapa curah hujan dan hari hujan rata-rata dalam satu tahun?
3. Bagaimana karakteristik tanah dan kesuburannya?
a. Ketinggian tempat................m/dpl.
b. Kemiringan lahan.................%.
c. Kedalaman lapisan atas tanah..........cm.
d. pH tanah...............
e. Tekstur (pasir/debu/lempung)
f. Drainase (baik/sedang/buruk)
g. Keadaan tanah (baik/sedang/buruk)

2. Data Sumberdaya Lahan dan Penggunaannya
1. Jenis vegetasi apa dan bagaimana penggunaannya?
2. Sejarah Kecamatan Loano dari sebelum merdeka, orde lama, orde baru dan reformasi?
3. Bagaimana penggunaan lahan Kecamatan Loano?
4. Bagaimana pola tanam dan kalender musim?
5. Berapa luas lahan wilayah Kecamatan Loano dan perincian penggunaannya pada masing-masing desa?
a. Luas wilayah Kecamatan Loano dan penggunaannya?
b. Luas sawah : - irigasi teknis , tadah hujan dan pasang surut ?
c. Luas lahan kering, pekarangan dan pasir negara ?

3. Data Teknologi dan Produksi
1. Komoditas apa yang diusahakan?
2. Teknologi yang diterapkan ?
3. Berapa produksi?
4. Berapa luas usaha tani?

4. Data komoditas
1. Jenis komoditas apa yang diusahakan ?
2. Komoditas unggulan yang diusahakan ?
3. Komoditas lain-lain yang diusahakan ?
4. Trend komoditas 5 tahun terakhir yang diusahakan ?
5. Produktivitas 5 tahun terakhir ?

6. Data Program Pembangunan Wilayah
1. Apakah kebijakan pengembangan pertanian di Wilayah Kecamatan Loano?
2. Apa bentuk program/proyek pendukung–tujuan pembangunan pertanian?
3. Bagaimana hasil-hasil pembangunan dan program proyek yang sudah dan sedang berjalan hingga saat ini?

II. Data Sosial Ekonomi
A. Data Sumberdaya manusia
1. Berapa jumlah pendududuk menurut umur?
2. Berapa jumlah penduduk dan komposisinya (Laki-laki/Perempuan)?
3. Berapa jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ? (Tamat Akademi, SLTA, SLTP dan SD serta tidak tamat SD, belum tamat SD dan tidak sekolah)
4. Berapa jumlah penduduk menurut matapencaharian? (Petani, buruh tani, pengusaha, buruh bangunan, buruh industri, pedagang, PNS, ABRI/POLRI, pensiunan dan lainnya)
5. Berapa luas lahan milik petani ? (responden)
6. Sebutkan aktivitas ,peran petani dan anggota keluarga dalam 1 hari?
7. Bagaimana profil keluarga bapak/ibu ? (responden)

B. Data Analisis Usaha Tani dan keputusan Rumah Tangga
1. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk usaha tani ?
2. Berapa nilai jual hasil usaha tani ?
3. Berapa pendapatan usaha tani/periode panen ?

C. Kelembagaan Petani Responden
1. Nama kelompok tani ?
2. Nama kelompok usaha ?
3. Peran saudara dalam kelompok tani ?
4. Peran saudara dalam kelompok usaha ?
5. Nama lembaga ekonomi yang ada ?
6. Bagaimana peran lembaga ekonomi ?

III. Pertanyaan Yang Berkaitan Sub-Sistem Agribisnis
A. Subsistem Hulu (Sarana Produksi)
1. Sarana produksi apa yang anda perlukan dalam usahatani?
2. Dari mana mendapatkan masing-masing sarana produksi?
3. Bagaimana cara memperoleh sarana produksi?
4. Berapa jumlah masing-masing sarana produksi yang anda perlukan untuk satu musim tanam ?
5. Kesulitan apa yang sering di hadapi dalam pengadaan masing-masing sarana produksi ?

B. Subsistem Budidaya (On Farm)
1. Persiapan lahan
a. Apakah anda melakukan pengolahan tanah sebelum tanam ?
b. Bagaimana cara melakukan pengolahan tanah hingga siap tanam ?
c. Alat apa saja yang anda pergunakan dalam melakukan pengolahan tanah ?
d. Berapa lama waktu pengolahan tanah ?
e. Tenaga kerja yang anda gunakan berasal dari mana ?
f. Kendala apa yang sering di hadapi dalam penyiapan lahan ?


2. Persiapan bibit/benih
a. Apakah bibit/benih yang anda pergunakan benih unggul bersertifikat?
b. Bagaimana cara anda mempersiapkan bibit/benih sebelum di tanam ?
c. Berapa kebutuhan bibit / benih persatuan luas lahan ?
d. Apakah ada perlakuan bibit / benih sebelum di tanam, bagaimana caranya ?
e. Kendala apa yang sering di hadapi dalam Persiapan bibit/benih ?
3. Penanaman
a. Berapa kali anda menanam dalam satu tahun ?
b. Pada bulan apa penanaman di lakukan ?
c. Dari mana anda mendapatkan tenaga kerja untuk penanaman ?
d. Bagaimana cara yang dilakukan dalam penanaman ?
e. Kendala apa yang di hadapi dalam penanaman ?
f. Apakah anda melakukan penanaman, kapan dilakukan ?
g. Kendala apa yang sering di hadapi dalam penanaman ?
4. Pemupukan
a. Jenis pupuk apa saja yang anda pergunakan ?
b. Berapa jumlah masing-masing jenis pupuk untuk luas lahan yang di usahakan ?
c. Kapan anda melakukan pemupukan dasar dan pemupukan susulan ?
d. Berapa dosisi setiap kali melaksanakan pemupukan ?
e. Bagaimana cara anda melakukan pemupukan ?
f. Apakah anda mengetahui manfaat pemupukan ?
g. Kendala apa yang anda hadapi dalam melakukan pemupukan ?
5. Penyiangan dan pembumbunan
a. Apakah anda melakukan penyiangan dan pembumbunan ?
b. Berapa kali penyiangan dan pembumbunan ?
c. Kapan anda melakukannya ?
d. Kendala yang sering di hadapi dalam penyiangan dan pembumbunan ?
6. Pengendalian hama dan penyakit
a. Jenis hama apa yang sering menyerang tanaman ?
b. Kapan hama tersebut menyerang tanaman ?
c. Bagaimana gejala serangannya ?
d. Bahan apa yang anda gunakan dalam pengendalian hama tersebut ?
e. Berapa dosis bahan yang anda pergunakan dalam pengendalian hama tersebut ?
f. Bagaimana cara melakukan pengendaliannya ?
g. Kendala apa saja yang anda hadapi dalam pengendalian hama ?
h. Jenis penyakit apa yang sering menyerang tanaman ?
i. Kapan penyakit tersebut menyerang tanaman ?
j. Bagaimana gejala serangannya ?
k. Bahan apa yang anda gunakan dalam pengendalian penyakit tersebut ?
l. Berapa dosis bahan yang anda pergunakan dalam pengendalian penyakit tersebut ?
m. Bagaimana cara melakukan pengendaliannya ?
n. Kendala apa saja yang anda hadapi dalam pengendalian penyakit ?
7. Panen
a. Apakah anda mengetahui ciri-ciri tanaman yang siap untuk di panen ?
b. Pada bulan apa panen di lakukan ?
c. Bagaimana caranya ?
d. Bagaiman cara anda memperlakukan hasil panen agar dapat di simpan lama ?
e. Kendala apa yang sering di hadapi dalam melakukan pemanenan ?





C. Subsistem hilir (pengolahan)
1. Apakah anda pernah melakukan pengolahan hasil sehingga menjadi produk olahan lain ?
2. Dalam bentuk apa saja produk yang anda buat ?
3. Berapa jumlah produksi yang di hasilkan ?
4. Bagaimana cara pengolahan produk tersebut ?
5. Kendala apa yang sering di hadapi ?

D. Subsistem Pemasaran
1. Kapan anda menjual produk yang di hasilkan ?
2. Kepada siapa, dan dimana anda menjual produk yang di hasilkan ?
3. Bagaimana cara menjual produk tersebut ?
4. Apakah ada kerja sama tertentu dengan pihak lain dalam proses pemasaran?
5. Berapa harga jual hasil ?
6. Berapa keuntungan yang anda peroleh ?
7. Kendala apa saja yang anda hadapi ?

E. Pertanyaan Yang Berkaitan Sub-Sistem Penunjang
1. Kelompok tani dan penyuluh
a. Apakah anda menjadi anggota kelompok tani ?
b. Apa manfaat yang anda peroleh setelah menjadi anggota ?
c. Bagaimana peran kelompok tani dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan anggotanya ?
d. Bagaimana peran kelompok tani dalam membantu pemasaran hasil, terutama pada saat panen raya ?
e. Bagaimana peran penyuluh pertanian dalam rangka pembinaan kelompok tani ?
f. Berapa kali dalam sebulan dilakukan pertemuan ?
g. Kendala apa yang sering di hadapi dalam pertemuan/berorganisasi dengan kelompok tani ?
2. Koperasi Unit Desa
a. Apakah ada koperasi unit desa (KUD), atau tempat pelayanan koperasi (TPK) di tempat anda ?
b. Apakah anda telah menjadi anggota KUD ?
c. Apa manfaat setelah menjadi anggota KUD ?
d. Apakah anda pernah memanfaatkan pelayanan yang di tawarkan oleh KUD ?
e. Bagaimana peran KUD dalam membantu pemasaran hasil terutama pada saat panen raya ?
f. Kendala apa yang sering di hadapi dalam berkerjasama dengan KUD?
3. Lembaga atau organisasi lain
a. Apakah di tempat anda juga terdapat lembaga/organisasi lainnya selain kelompok tani dan KUD ? (bank, PKK, karang taruna)
b. Apakah anda menjalin hubungan dengan lembaga/organisasi tersebut?
c. Dalam hal apa saja hubungan tersebut di lakukan ?
d. Dukungan apa saja yang pernah di berikan ?
e. Bagaimana pendapat/saran anda ?
f. Kendala apa yang sering di hadapi dalam berorganisasi dengan lembaga tersebut?

IV. Pertanyaan Yang Berkaitan Dengan Kondisi Sosial
A. Peran sosial
1. Siapakah yang berperan dalam pengolahan tanah, dengan alasan apa anda menjawab seperti itu?
2. Siapakah yang berperan dalam pembibitan, dengan alasan apa anda menjawab seperti itu?
3. Siapakah yang berperan dalam pemupukan, dengan alasan apa anda menjawab seperti itu?
4. Siapakah yang berperan dalam pengairan, dengan alasan apa anda menjawab seperti itu?
5. Siapakah yang berperan dalam pengendalian hama/penyakit, dengan alasan apa anda menjawab seperti itu?
6. Siapakah yang berperan dalam pengolahan hasil dan pemasaran, dengan alasan apa anda menjawab seperti itu?
B. Pola Pengambilan Keputusan Usaha Tani
1. Atas dasar apa saudara mengambil keputusan tentang usaha tani ?
2. Siapa saja yang saudara ajak untuk membicarakannya ?
3. Bagaimana peran kelompok tani dalam pengambilan keputusan usaha tani anda ?
4. Bagaimana peran petani lain dalam pengambilan keputusan usaha tani anda ?
5. Bagaimana peran angota keluarga anda dalam pengambilan keputusan usaha tani anda ?

C. Kepemimpinan Pedesaan
1. Dalam kehidupan di tempat saudara, siapa yang anda jadikan acuan untuk ber usaha tani, mengapa ?
2. Apa saja yang anda peroleh dari orang tersebut dan bagaimana pelaksanaannya?

D. Pola Inovasi
1. Dari mana/siapa anda biasa mendapatkan informasi baru tentang usaha tani?
2. Dengan siapa anda mendiskusikannya ?
3. Bagaimana peran Ketua kelompok tani anda ?
4. Bagaimana peran PPL dalam hal ini ?
5. Bagaimana peran keluarga anda dalam hal ini ?
6. Inovasi dari siapa yang paling anda percaya ?
7. Bagaimana cara anda menyikapi inovasi tersebut ?
E. Pendistribusian Pendapatan
1. Saudara gunakan untuk apa saja pendapatan yang saudara peroleh dari usaha tani, berapa besarnya ?
2. Dari mana saudara mendapatkan hasil tersebut ?
3. Dengan siapa saudara biasa melakukan kredit untuk usaha ?

F. Kelompok Tani/Komoditas, Kelompok Usaha dan Peranannya
1. Kelompok-kelompok apa saja yang saudara ikuti ?
2. Apa tujuan anda mengikuti kelompok tersebut ?
3. Bagaimana peranan masing-masing kelompok tersebut ?
4. Apa yang saudara berikan kepada kelompok tersebut ?
5. Kapan, dimana, dan bagaimana saudara berhubungan dengan kelompok tersebut ?
6. Sudah berapa lama saudara menjadi anggota ?
7. Apa saja masalah yang saudara hadapi pada kelompok tersebut ?

G. Proses Pembentukan Kelompok Tani dan Kelompok Lainnya
1. Bagaimana proses pembentukan kelompok-kelompok yang anda ikuti?
2. Berapa persenkan jumlah penduduk yang sudah masuk menjadi anggota kelompok tani?
3. Mengapa mereka masuk menjadi anggota kelompok tani?

H. Permasalahan Sosial Ekonomi
1. Apa saja permasalahan non teknis yang saudara hadapi ?
2. Kapan permasalahan tersebut muncul ?
3. Dimana ?
4. Solusi apa yang pernah saudara lakukan ?
5. Bagaimana pengelolaan hasil produksi ? (untuk konsumsi, dijual, untuk benih pada musim tanam berikutnya)
6. Adakah jaringan langganan penjualan, dijual dimana?
7. Tenaga kerja yang dibutuhkan diambil dari mana ?
Lampiran 3.

Pertanyaan Untuk Tokoh Kunci

1. Penggunaan lahan dibagi menjadi kawasan apa saja ?
2. Bagaimanan penggunaan lahan disetiap kawasan ?
3. Komoditas apa saja yang ditanam disetiap kawasan ?
4. Bagaimana peran serta (L/P) dalam berusahatani dan rumah tangga ?
5. Masalah apa yang sering terjadi di setiap kawasan ?
6. Bagaimana peran kelompoktani dalam agribisnis ?
7. Bagaimana peran kelompok ekonomi pedesaan dalam agribisnis ?
8. Bagaimana keterkaitan antar lembaga sosial dan ekonomi ?
9. Bagaimana sistem pertanian :
b. Bagaimana pola tanam yang diusahakan ?
c. Jenis usahatani apa saja yang diusahakan ?
d. Bulan berapa diusahakan ?
10. Bagaimana sistem usaha agribisnis :
a. Bagaimana subsistem hulu ?
b. Bagaimana subsistem hilir / pengolahan hasil ?
c. Bagaimana subsistem penunjang (Aparat, KUD, BRI) ?
11. Bagaimana sistem pemasaran :
a. Kapan waktu menjual hasil ?
b. Bagaimana saluran pemasarannya ?
c. Siapa pelakunya ?
12. Bagaimana profil sejarah Kecamatan Loano?
a. Orde lama
b. Orde baru
c. Orde reformasi

Oleh : Muhammad Hakim Rifai ..... cah Loanooo

Pemisahan susu sapi murni dan santan kelapa


PEMISAHAN SUSU SAPI MURNI DAN SANTAN KELAPA



  1. TUJUAN

Agra mahasiswa mengetahu dan menngerti tentang pemisahan susu sapi murni dan santan kelapa


B. DASAR TEORI

Operasi pemisahan secra umu dapat dikelompokan menjadi:

  1. Operasi pemisahan secara kontak keseimbangan

Biyasanya digunakan untuk memisahkan cairan dengan gas, cairan dengan cairan atau cairan dari padatan dengan bantuan cairan laon yang tidak saling melarutkan.

  1. Operasi pemisahan secar mekanis

Adalah pemisahan yang memamfaatkan gaya fisik yang bekerja pada bahan cair atau partikel.

Gaya yang dapat dimamfaatkan untuk pemisahan diantaranya adalah:

  1. Gaya-gay gravitasi

  2. Gaya-gaya sentrifugal

  3. Gaya kinetik dalam aliran

Pemisahan secara mekanis dapat dikelompokan dalm 4 kelompok :

  1. Penyaringan

Dalam proses penyaringan, bahan cair menembus lubang-lubang halus saringan dan partikel yang melayang tertahan oleh saringan sehingga menumpuk dan disebut filter cake. Pada proses penyaringan bagian yang diperlukan diambil sebagi produk.

  1. Pengendapan

Proses pengendapan adalah proses kimia, diamana padatan telarut atau tersusfensi dalam suatu cairan dipisahkan dengan melakukan penambahan bahan kimia atau pereaksi kimia sehinggga membentuk padatan atau gumpalan yang akan terpisah dari bagian cairanya.

Pengendapan adalah proses pemisahan dua bahan cair yang tidak dapat bercampur atau bahan cair dan bahan padat dengan memamfaatkan gaya gravitasi. Setelah waktu tertentu campuran yang akan dipisahkan akan mencapai keadan setimbang sehingga bagian yang berbobot jenis lebih tinggi akan berada dibagian bawah campuran

  1. Klasifikasi

Adalah proses pemisahan bahan berupa padatan berdasarkan perbedan ukuran bahan kedalam beberapa selang ukuran atau berdasarkan perbedan bentuk bahan.

Kalsifikasi bisa dialkukan dengan bantuan aliran tluida atau dengan screen ayakan yang memiliki ukuran atau bentuk lubang tertentu sesuai dengan bahan yang akan dipisahkan

C. BAHAN DAN ALAT

Alat :

  1. Tabung reaksi

  2. Jam

  3. Sentrifuge

  4. Gelas ukur

  5. Sendok


Bahan :

  1. Susu murni

  2. Santan

  3. Vitamin C

  4. Asam cuka










D. CARA KERJA

Cara kerja praktikum pemisahan susu sapi murni dan santan kelapa :

  1. Ambil gelas reaksi, cuci sampi bersih kemudian air ditiriskan sampi gelas kering.

  2. Ambil susu dn santan masing-masing di ukur sebanyak 10 ml dengan menggunakan gelas ukur, kemudain masukan kedalam tabung reaksi.

  3. Masing-masing tabung reasi yang sudah berisi susu dan santan dimasukan vitamin C dan asam cuka sesuai perlakuan.

  4. Catat hasil pengamatan per 5 menit. 15 menit, 30 menit, 45 meit, 60 menit dan 24 jam.

  5. Gambar hasil pengamatan.

  6. Tulis dalm bentuk laporan.



















E. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Hasil pengamatan pada praktek pemisahan susu sapi murni dan santan kelapa

Bahan

Relakuan

Hasil pengamatan

5’

15’

30’

45’

60’

24 jam

Susu

Kontrol

-

-

Menggumpal keatas

Menggumpal keatas

Gumpal atas

Gumpal atas, air tambah bening


Vit C 1 btr

-

-

Gumpal

Gumpal padat

Endapan atas, gumpal mengental

Gumpal mengntal


Vit C 2 btr

-

Menggumpal

Mulai memisah

Gumpal terpisah

Gumpal terpisah

Gumpal terpisah, air tambah bening


As. Cuka

-

Menggumpal

Mulai memisah

Gumpal terpisah

Gumpal terpisah, air atas

Gumpal terpisah


sentrifuge

Menggumpal

-

-

-

-

-

Santan

Kontrol

-

Gumpal + air

Gumpal pisah padat

Pisah padat

Gumpal atas pisah padat

Gumpal atas pisah padat


Vit C 1 btr

-

Menggumpal

Gumpal pisah

Gumpal cair endapan

Gumpal, endapan atas

Gumpa, endapan atas dan air bening


Vit C 2 btr

-

Menggumpal

Endapan, gumpalan pisah

Gumpa,cair, endapan

Gumpal, endapan bawah

Gumpal dan endapan bawah


As. Cuka

-

Mnemisah

Gumpal masih baur

Gumpal

Gumpal atas

Gumpal atas, air bening


sentrifuge

Memisah

-

-

-

-

-




F. PEMBAHASAN

Operasi pemisahan secara kontak keseimbangan , Biyasanya digunakan untuk memisahkan cairan dengan gas, cairan dengan cairan atau cairan dari padatan dengan bantuan cairan laon yang tidak saling melarutkan. Operasi pemisahan secar mekanis, Adalah pemisahan yang memamfaatkan gaya fisik yang bekerja pada bahan cair atau partikel.

Dari hasil pengamatan praktek pemisahan susu murni dan santan :

  1. Susu murni

Dapat dilihat bahwa yang diperlakukan dengan Vitamin C susu terjadi penggumpalan terpisah pada gelas yang diberi 2 butir tetapi pada gelas yang diberikan 1 butir Vitamin C terjadi penggumpalab yang mengental pengumpalan yang terjadi disebapak karena pada Vitamin C terdapat asam dari buah yang mampu memisahkan. Tetapi penggumpalan lebih cepat terjadi pada gelas yang diperlakukan dengan 2 butir vitamin C.

Sedangkan yang diperlakuakn dengan asam cuka juga terjadi penggumpaln yang terpisah karena disebapkan zat kimia yang dapat memisahkan antar cairan dan padatan dalam santan.

Adapun yang diperlakuan dengan sentrifuge pada menit 5 sudah terjadi penggumpala.

  1. Santan

Pada santan perlakuan yang diberikan vitamin C baik 2 dan 1 butir sama-sama mulai menggumpal pada menit ke-15 yang gumpalannya berbentuk terpisah-pisah, cepatnya penggumpal ini disebapkan oleh kandungn asam yang terdapat dalam vitamin C dan ditambah oleh bahan santan yang memang daya ikatnya sangat kecil.

Sedangkanpada asam cuka terjadi penggumpalan diatas sedangkan yang bagian bawah adalah air.

Adapun yang diperlakuan dengan sentrifuge pada menit 5 sudah mulai terjadi pemisahan antara padatan dan air.


G. KESIMPULAN

Dari Hasil pengamatan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa :

  1. Susu yang diperlakukan dnegan vitamin C dan asam cuka terjadi pemisahan yaitu dalam bentuk air dan gumpalan

  2. Sanatan yang diberikan vitamin C dan asam cuka juga terjadi pemisahan antar padatan santan dan air

  3. Operasi pemisahan dengan Sentrifuge dapat menimbulkan pemisahan yang pada susu setelah 5 menit terjadi penggumpalan dan pada santan mulai terliahat pemisaha antara padatan dan cairan.






















ACARA II

PENGECILAN UKURAN KEDELAI DAN JAGUNG



  1. TUJUAN

Agra mahasiswa mengetahu dan menngerti tentang pengecilan ukuran kedelai dan jagung


B. DASAR TEORI

Pengecilan ukuran secara umum digunakan untuk menunjukkan pada suatu operasi, pembagian atau pemecahan bahan pada secara mekanis menjadi bagian yang berukuran kecil (lebih kecil) tanpa diikuti perubahan sifat kimai.

Crushing dan grinding umumnya lebih diasosiasikan pada perbedaan ukuran antara bahan asal dengan produk hasil operasi pengecilan ukuran. Grinding digunakan untuk pemecahan bahan padat menjadi bagian yang lebih halus dibandingkan dengan operasi crushing.

Tujuan proses pengecilan ukuran bahan adalah :

  1. Mempermudah ekstrasi unsur tertentu dan struktur komposisi

  2. Penyesuayan dengan kebutuhan spesifikasi produk atau mendapatkan bentuk tertentu.

  3. Untuk menambah luas permukaan padatan

  4. Mempermudah pencampuran bahan secar merat

Pada prinsipnya, operasi pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan tiga cara dasar, yaitu :

  1. Pemotongan

Merupakan cara pengecilan ukuran dengan menghatamkan ujung suatu benda tajam pada bahan yang dipotong. Struktur permukan yang terbentuk oleh proses pemotongan relatif halus, pemotongan lebih cocok dilakukan untuk sayuran dan bahan lain yang berserat.


  1. Penggurusan atau penumbukan

Dilakukan dengan memberiak gaya tekan yang besar sambil dilakukan penggesekan padat suatu padat suatu permukan, sehingga bahan terpecah dengan bentuk yang tidak tertentu.

Umumnya permukan untuk menggesekan bahan dibuat dengan kekerasan tertentu, sehingga dapat membentuk pencabikan bahan. Penggerusan cocok untuk bahan yang rapuh dan sedikit berserat seperti biji-bijian.

Penggerusan dapat dilakuakn pada bahan kering ataupun basah, meskipun umumnya padat bahan yang basah dengan penambahan air sebagai media pendingin alat penggerus.

  1. Pemukulan

Pemukulan adalah operasi pengecilan ukuran dengan memanfaatkan gay impak, yaitu pemberian gaya yang besar dalam waktu yang singkat. Dengan adanya gaya impak yang bear diharapkan bahan akan terpecah menjadi beberapa bagian yang idak beraturan.

Jiak pemukulan dilakukan dengan penahan, mak dikatakan terjadi peristiwa atau proses penggerusan atau penumbukan jika sebaliknya maka dikatakan proses pemukulan saja, pemukulan cocok muntuk dilakukan pada bahan yang keras tetapi rapuh daalm kondisi kering. Bahan yang berserat atau kenyal tidak dapat dikecilkan ukurannya dengan cara pemukulan, karena gaya impak tidak akan dapat menyebapkan pecahnya bahan menjadi bagian yang lebih kecil demikian pula bahan yang besar, tidak dapat dikecilkan ukuranya dengan cara pemukulan karena hanya akan merusak bentuk asal tetapi tidak dapat menyebapkan pemecahan.







C. BAHAN DAN ALAT

Alat :

  1. Ayakan 10 mast, 12 mast, 14 mast, 20 mast dan 24 mast.

  2. Blender

  3. Penggiling

  4. Sendok

  5. Timbangan

Bahan :

  1. Jagung

  2. kedelai



D. CARA KERJA

cara kerja praktikum pengecilan ukuran kedelai dan jagung :

  1. Ambil biji jagung dan kedelai, timbang masing-masing 100 gram

  2. Blender dan giling biji kedelai dan jagung

  3. Ayak, timbang berat awal, berat kasar dan halus

    Ayak hasil gilingan dan blender seperti cara berikut:



Ayak, berat awal dari berat halus ayakan 10 mast, catat berat kasar dan halus



Ayak, berat awal dari berat halus ayakan 12 mast, catat berat kasar dan halus





Ayak, berat awal dari berat halus ayakan 14 mast, catat berat kasar dan halus





Ayak, berat awal dari berat halus ayakan 20 mast, catat berat kasar dan halus




E. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan pada praktek pengecilan ukuran kedelai dan jagung :

Tabel 2. Berat awal sebelum proses

Berat bahan sebelum proses

Blender

Manual

Kedelai

100 gram

100 gram

Jagung

100 gram

100 gram

Waktu proses



Jagung

1 menit

20 menit

Kedelai

1 menit

20 menit

Berat bahan sesudah proses



Jagung

95 gram

80 gram

Kedelai

100 gram

100 gram


Tabel 3. Berat kasar dan halus masing mast ayakan

Bahan

Mast (gram)

10

12

14

21

21

Kasar

Halus

Kasar

Halus

Kasar

Halus

Kasar

Halus

Kasar

Halus

Jagung (blender)

25

70

20

15

0,5

14,5

10

4,5

1

3,5

Kedelai (blender)

10

90

20

70

3

67

20

47

7

40

Jagung (manual)

50

30

20

10

0,5

9,5

5

4,5

2

2,5

Kedelai (manual

90

10

6

4

0,2

3,7

1,7

2

0,5

1,5

F. PEMBAHASAN

Pengecilan ukuran secara umum digunakan untuk menunjukkan pada suatu operasi, pembagian atau pemecahan bahan pada secara mekanis menjadi bagian yang berukuran kecil (lebih kecil) tanpa diikuti perubahan sifat kimia. Pengecilan ukuran dilakukan untuk menambah permukan padatan sehingga pada saat penambahan bahan lain pencampuran dapat dilakukan secar merata.

Pada paraktek acar pengecilan ukuran biji jagung dan kedelai yang dilakukan dengan di blender dan di giling untuk memcahkan ukuran menjadi partikel-partikel kasar dari bahan, kemudian bahan di ayak dengan ayakan yang berbeda ukuran sehingga dihasilkan bentuk partikel yang lebih halus dari bahan yang telah diblender dan di giling, hasil pengayakan dnegan ayakan 10 mast, 12 mast dan 14 mast bahan masih berbentuk partikel-partikel yang masih besar tetapi sudah terbentuk permukan dari suatu bahan, sedangkan yang diayak dengan 20 mast dan 24 mast bahan sudah berbentuk partikel-partikel yang lebih banyak karna tinggkat kehalusanya sangat tinggi sehingga bahan yang kami kecilkan dapat mudah di campur dnegan bahan lain secara merata.


G. KESIMPULAN

Dari Hasil pengamatan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa :

  1. Pengecilan ukuran dengan blender dan gilingan akan mendapatkan partikel-partkel yang masih agak besar.

  2. Untuk mendapatkan partikel yang lebih kecil atau halus harus dilakukan pengayakan.









DAFTAR PUSTAKA



Pantastico, er.b. 1989. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buag-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropik dan Tropika. Penerbit Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Sri Handajani, 1994. Pasaca Panen Hasil Pertanian. Penerbi Sebelas Maret University Press. Surakarta